XtGem Forum catalog
HomeBlogAbout me
☆hendri mustofa☆
★www.puisi-puisi.wapsite.me★

☆KUMPULAN PUISI, SASTRA, SYAIR, LIRIK DAN FILSAFAT ☆



PENGARANG: HENDRI MUSTOFA

Dikunjungi:78875*Cahaya Hitam*
Demikian pula bukit bukit dimana merekapun mulai tertutup menghilang. Cahaya hitam ini selain butakan penglihatan pula menelan sekujur tubuh sang petang. Mungkin gemuruh dilangitlah teman kegelapan itu dimalam nanti. Mungkin sengal tangis dibawahnyalah yang nanti mendramatisir situasi. Apabila sesaat lagi air hujan itu mulai jatuh kewajah bumi.. dan biarkanlah segala amarah mendingin terguyur tetesan membasahi. Jika disaat ini masih memimpikan segala yang sulit dimiliki.. jangan dipaksakan sebab keinginan tak harus semuanya didapati.

*Sastra Kalbu*
Tatkala hening sendiri terangkailah aksara demi aksara. Mustahil hamba berdaya tulis tanpa Kedigdayaan Pangeran Semesta. Dengan Welas AsihNya, mohon petunjuk pula restu. Menghadirkan sastra kalbu melalui lemahnya jemariku. Menimba air ilmu dari jernihnya sumur nurani. Sudah terlalu dahaga oleh karena panas api duniawi. Aliri kerongkonganku dengan meneguknya secawan. Sehingga roda roda akal bisa kembali berjalan. Memikirkan apa yang sebelumnya tan kuasa terfikirkan. Mustahil hamba berdaya nalar tanpa KeMaha Sempurnaan Tuan. Runcingkanlah otak juga dalamkanlah hati. Sebagai bekal merenung, bertualang dan mencari. Untuk lalu menghadap guru yang duduk diruang pustaka. Memegang kitab tanpa bertulis namun dapat dibaca. Mengajarkan syair syair namun tanpa bersuara. Diiringi nyanyian bidadara dan bidadari dari swargaloka. Disana terpancarlah sumber cahaya pengetahuan dari Pustakawan Dewata.

*Sebentar Lagi Tengah Malam*
Sebentar lagi tengah malam temukan kita. Manusia hanya berharap mampu lampaui itu dengan baik baik saja. Walau sampai detik ini masih sulit kenali diri sendiri.. Tapi jangan rugikan siapapun dengan cara cara menyakiti. Masa depan telah Dibuat sebelum seseorang melaluinya. Setiap hari menjadi setiap pintu yang terus kita buka. Seluas serta sejauh apa batas ruangku untuk berjalan? Tidaklah mudah merenungi segala hal Yang Dia Rencanakan. Kenyataannya tangan manusia tak pernah bisa mencipta atau rubah sesuatu. Semua sudah Ditentukan, bukan karena kekuatan dan kehendakku. Tapi jangan pernah berfikir untuk berhenti dalam berupaya. Apapun hasilnya nanti, entah walau tak hasilkan apa apa. Dan aku hanyalah sebuah mesin Tuhan yang Disisipi segenap ProgramNya. Sehingga ku harus cepat lupakan mimpi lalu berjuang mendengarkanNya. Dengan rela ataupun terpaksa, dengan ringan atau keberatan. Sebelum aku berpisah dengan jasad ini diwaktu kemudian.

*Interval Gelombang Semesta*
Kedipan sinar dari lirikan mata para bintang. Inilah sepenuhnya kesempatan kalian untuk berkilau cemerlang. Dan tolonglah seorang hamba yang pucat hadapi lautan keheningannya. Yang sering hanyut dalam denyut ombak samudera semesta. Andai keyakinan terletak tergantung disebuah bintang Tsurayya.. Mungkin mampu digapai oleh orang orang kuat Bangsa Persia. Maafkan rasa penasaran anak manusia karena dorongan pertanyaannya. Namun gugup ketika lihat pengetahuan terbuka menjawabnya. Lama tak memandangimu lagi, sang Sirius biru. Atau mengamati Panjer Rina dan mencari posisi sang Subaru. Memang rindu, tapi aku cuma antena yang ingin mengharap PancaranNya. Yang masih ditemani sepi dan nada interval gelombang semesta.

*Dibawah Payung LangitNya*
Tersandar dibawah payung langitNya. Sang aditya beristirahat dari lintas peredarannya. Apakah takdir seperti lurusnya garis cakrawala? Atau tajam seperti pedang yang menyayat dagingnya. Mata menutuplah untuk sesaat lupakan dunia. Tapi netra lainnya terbuka diantara bias bias pancamaya. Hari sudah gelap lagi tanpa sempat menjahit hati? Atau letakkan diruang terkunci hingga denyutannya benar mati. Malam, benarkah kau mampu menjadi bantal rasa lelah? Menenggelamkan jauh dari fikiran menyerah. Tapi hanya mimpi buruk yang terlihat ketika terlelap. Tanpa tuntunan lampu dendera dalam gelap. Pangeran semesta.. hamba tak berkemampuan menuntup kelemahanku. Bagaimana cara menjawab satu tanya dari seribu persoalanku..

*Orkestra Serangga*
Diluar sana pertunjukan orkestra serangga. Tanpa lampu penerang & sorak pendengarnya. Suara berisiknya merupakan alunan sunyi. Sedangkan sunyinya adalah kegaduhan hati. Beri semenit kopi mengalir kedalam kepala. Perbolehkan juga asap rokok menari dipentas ke-sirna-annya. Semua bergilir naik & turun diluasnya panggung kehidupan. Menonton atau ditonton..tertawa atau ditertawakan. Serta tampil cemerlangkah bintang orion & salib selatan malam ini? Aku sudah didekat pintu namun sedang kehilangan kunci. Pastinya nanti akan terlambat lagi untuk melihat. Selalu jarang sempat karena laju kereta waktu terlalu cepat.

*Penjara Penghakiman*
Dalam mengamati kokoh serta tenangnya dunia.. Disana ada getar tanpa kesanggupanmu merasa. Ada roda dengan tetap lakukan perputarannya. & ada suara tangis walau disampingnya terdengar gelak tawa. Dalam garis ketentuan surya & bulan dilintas peredaran.. Mereka tak menunggu namun saling terus berkejaran. Dibawahnya kejadian manusia saling memakan atau dimakan. Mempermalukan atau dipermalukan dengan tak bernuraninya tujuan. Dalam sisa masa hidup sebelum satu per satu terlepas.. Selalu ada pergantian antara yang diatas & yang tergilas. Keserakahan sekalian kecurangan bersifat merampas lalu Dirampas. Bertahanlah untuk berdiri atau tumbang untuk tertindas. Dalam GenggamanMu, Segenap jiwa, doa & dosa dosa ini..Tak pernah ada yang kumiliki selain ruang kamar hitam berjeruji. Sebagai penjara penghakiman sekaligus pengurung diri sendiri. Semoga kebebasan & keadilan terbukti didunia ataupun diakhirat nanti.

*Bintang Pari dan Bintang Jakatawa*
Kelabu mega meluas kesegala arah. Menutup wajah angkasa nan kian memerah. Bisik resah sang bayu pada cemara. Nafasnya dingin namun rintihannya luka. Maka malam tiba sebentar lagi. Selanjutnya binatang beranjak bersembunyi. Dewi Pratiwi gemetar takut kepada Tuan.. Mungkin anak anaknya telah berperilaku diluar batasan. Sambil memejam mereka keras tertawa. Tak tahu apa yang sedang menunggu didepannya. Ada bintang Pari tentu ada bintang Jakatawa. Semoga kesusahan berganti perasaan bahagia.

*Puisi Seorang Astrofilia*
Beringin tua didalam sangkar kaca. Diatasnya pintu tengah gerbang semesta. Aditya berlayar kelilingi angkasa. Dan candra menyelam pada manzilahnya. Bagai kinara dan kinari memainkan rindu. Berkejaran mengitari pohon kalpataru. Kejora dipelukan fajar dan senja meniduri panjerina. Siria nan cemerlang memimpin pasukan bintang. Tsurayya pagi mengabari duka segera menghilang. Dan waktu yang memisah dengan sekat sekat. Serta kamar tirai dimensi yang berlipat lipat.. Paku gunung gunung tertancap mengukuhkan alam ini. Rajanya mahameru dan berdirinya begitu tinggi. Sumber air memancar sebagaimana tirta amarta diujung dunia. Demikianlah cara sanubari kisahkan setitik pengetahuan Jagad Raya.

*Manusia Jalang*
Dia berteduh pada rimbun mendung. Pecundang itu beku ditengah ia termenung. Di Kaki Langit yang gemar menghentak menginjaknya.
Yakni kaki berkuku tajam yang sering merobeknya. Dia bertahan berdiri hingga hari ini. Bedebah itu beradu tinju dengan fikirannya sendiri. Di Lantai Bumi nan keras dimana jasad kan terbaring. Yaitu lantai tempat ia pernah pecah dibanting. Dia masih berjalan dihampar luasnya karpet dunia. Yang licin ditumbuhi lumut & basah oleh air mata.
Pria jalang itu tertunduk membuka telapak tangannya. & Seluruh orang berarti telah sirna dari genggamannya.


*Lorong Labirin*
Tersesat digelapnya lorong Labirin kepala hamba. Tanpa penuntun arah ataupun sesobek peta. Hanya pegangan Lentera kehilangan apinya. Tanpa Mancis pula mengering minyaknya. Kami masih menapak dijalan bertabur serpihan kaca. Tanpa sepatu sambil memimpikan pintu keluarnya. Hidup seperti Sebotol Arak tersuguh di atas meja. Yang seingatku tak pernah kuminta.

*Perjalanan Pena*
Tapak-tapak perjalanan membekaskan sisa baris aksara. Jejak-jejaknya hanya mampu difahami dengan mengeja. Langkah perlangkah terangkai membentuk rantai cerita. Tentang kompleksnya kisah hidup dipermukaan kertas bersamudera tinta. Bila mencariku, ketuklah pintu buku untuk kemudian membacanya. Diujung sabana masih ku bertumpu pada sebatang pena. Bertarung sendiri bergulat dengan kekacauan yang sepi. Berjalan sendiri membawa bekal kehampaan hati.

*Syair Bintang*
Dimana Bimasakti sedang tepat diatas kita. Layaknya jembatan panjang dari selatan ke utara. Layar subuh dengan rintik bintang jatuh. Udaranya damai dibawah langit nan teduh. Daun daun hitam dalam kebasahan. Sebelum pedang horizon digoreskan. Masih berkerling mata dari Betelgeuse. Juga sinar kemerahan Antares di Rasi Scorpius. Sampaikan kekaguman ini dalam khidmat pagi tenang. Dari tulisan yang terangkai sebagai Syair Bintang.

*Disentra Malam*
Di sentra malam..
Kirana ber-Tiara lingkar Pelangi. Sinarnya dingin namun nafasnya sepi. Bergaun bulu Kristal awan Sirrus. Dikawal sang Jupiter pula Saturnus.
Di sentra malam..
Kirana bermata memancar mencerahi. Tubuhnya bercahaya tapi wajahnya sunyi. Berjalan di karpet biru bertabur permata bintang. Sebelum Kerajaan Langitnya sirna pasca pagi menjelang.


*Kereta Waktu*
Kereta waktu melaju ke penghujung perjalanan. Berulang melewati siang malam dengan berbagai kejadian.
Banyak sudah kesaksian mu tentang hidup dari bermacam Ketentuan. Mengenai kelahiran, pertumbuhan, atau pun juga kematian.
Wahai Sang Cahaya diluar pembatas dinding ini..
Sepertinya SinarMu sulit hangatkan kulit ku lagi. Tolong ambil aku keluar sebentar untuk bernafas. Sesaknya kegelapan sering memukul jantungku terlalu keras.
Angin angin lembut.. jiwa raga sesungguhnya merindukan sentuhanmu.
Namun karat karat ini terbiar menebal menyelimuti tubuhku.
Didalam ruang pengap dimana hanya pertikaian yang terjadi. Permusuhan panjang antara hati & fikiranku sendiri. Sehingga angkut lah aku yang tak bisa berlama lama menanti. Betapa aku berharap secepatnya terbenam bersama Matahari.


*Hidup Hamba*
Kirana tak utuh dan tinggal separuh. Mengambang di samudera langit hingga larut subuh. Namun di lain waktu, kembalilah dia purnama. Bersinar dan sempurna, tak seperti hidup hamba. Pohon pohon tua masih tegak berdiri. Dihantam badai lalu terbakar terik matahari. Tapi tunasnya akan tumbuh pula lahirlah benihnya. Teguh dan beruntung, tak seperti hidup hamba. Apa yang kau ingin, apa yang kau cari dan apa yang kau temukan? Jawablah hai Dunia, meski alasan pembelaan lah yang kau lontarkan. Juga tentang seluruh yang terampas. juga tentang seluruh yang tertindas. Tentang segala yang kau rebut. Dan tentang segala yang kau renggut. Kemudian akan ku maafkan diriku dan semua manusia. Walau tiap perbuatan dan kejadian tak pernah mungkin kita lupa.

*Syair Pagi*
Kabut lembah yang Digembala itupun merangkak. Tubuhnya dilumuri cahaya emas Sang matahari perak. Masih mengembun kaca jendela oleh dinginnya hari. Lalu harapan hangat menjelma sebagai syair pagi. Sekelompok bangau putih bertapa dipucuk pohon. Capung dibalik daun mungkin sedang memohon. Beringin juga mahoni dihampiri berbagai burung bernyanyi. Suara tentram terlantun menjadi syair pagi. Disekeliling beraneka rupa kelopak bunga. Turut menyumbang warna manjai fikiran manusia. Tujukan mata dari sudut terbaik dalam menilai. Tiap kepolosan akan ciptakan sebait syair pagi.

*Kabar Hujan*
Bunga bunga kurkuma menetas dari kandung bumi. Matahari menggeser keselatan menyampaikan pagi. Sedang cairan kopi terus mengalir ke dalam kepala. Mendung keabuan menandai musim pergantian tiba. Laju laju angin tersendat berbolak balik arahnya. Bayangan tengah hari tepat ditengah sumur menyurut airnya. Asap asap rokok membubung bersatu kedalam barisan awan. Hawa memberi kabar akan datangnya rintik hujan. Tonggeret akan bersiap diatas panggungnya bernyanyi. Petir mengagetkan pasukan rayap serta ratu gemi. Nanti di museum langit akan dipamerkan lukisan lukisan pelangi. Semoga peralihan musim ini senantiasa terberkahi Sang Illahi.

*Cahaya Pecah*
Cahaya pecah menabrak dinding kasar. Potongannya merangsek menerobos lubang kamar. Di pagi yang masih terlalu dingin.. Diselingi desis sepi siulan angin. Hati mudah dilukai namun gampang pula memaafkan. Sayangnya ingatan rasa sakit tak kunjung bisa dilupakan. Jika bintang jatuh dimalam nanti maka hantamlah tubuhku. Bakarlah habis tanpa sisa bersama kutukanku. Disinilah bersemayam iblis yang sedang kalian cari. jangan menangguhkannya berjalan hingga esok hari. Aku terlalu asing dikerumuni seluruh manusia tak berdosa. Dan aku tak mampu tebus kebahagiaan yang terampas begitu lama.

*Resah*
Lalu kusampaikan resah ini kepada surya pagi.
Dia yang lebih bersinar juga tentu lebih berarti.
Sesetengah hati berjanji mengurangi keinginan keinginan.
Sebab harapan kerap menjelma sebagai fantasi menyesakkan.
Belajar mengenali diri disamping belajar untuk tahu diri.
Tentang siapa aku yang berego besar demi obsesi dan ambisi.
Aku ceritakan pengap ini pada matahari yang masih memerah.
Siapa tahu didengar lalu dibawa kepada Yang Memerintah.
Sudah barang tentu jiwa ini terlalu kotor untuk meminta.
Disamping hal hal yang menyumpal dada dan kerongkongnya.
Kadang jika badan ini tertidur seperti enggan ingin dibangunkan lagi.
Jika ingat banyak dari hidupnya tiada makna pula tiada arti.
Ada kehampaan yang terlampau hening hingga terdengar ceruat kalbu.
Dan ada saat dimana selayaknya aku cukuplah dijadikan sebutir debu.


*Ketidak Abadian*
Burung tekukur diranting beringin mengawalinya. Frekwensi bunyi bunyi mulai tempati masing masing lingkarannya. Dari dalam tanah,giliran jamur merangsek bangkit. Pagi menjadi permulaan dengan ditandai sang surya terbit. Embun mengendap membentuk kumpulan bulirnya. Kupu kupu masih diam belum membuka sayapnya. Disini berjenis jenis makhluk akan sibuk bergerak mengesampingkan ketidak abadian. Mencari kepuasan,kesempurnaan,kebahagiaan sebelum tumbang dijemput kematian.

*Detak Keras*
Terganggu detak keras yang tak kunjung pelan. Sulit terkontrol tanpa sanggup diredakan. Berkali lipat lebih cepat dari detik jarum jam. Menghantam hantam sepanjang siang dan malam. Jika aku mampu masuk kedalam diriku. Akan kutemukan lalu kucincang saja jantung itu. Ini seperti siksaan pembuka sebelum dilemparkan ke neraka. Ini seolah pembunuhan perlahan tanpa dimengerti maksud tujuannya. Terganggu ketidak nyamanan dalam gerak ataupun diam. Menemani sejak kecil mungkin hingga mata sinarnya padam. Terlalu sering ditunjukkan sesuatu tanpa pernah bisa ku terjemah. Dijebak disetiap langkah dan tersesat disegala arah. Kemudian menyungkurkan jasadku diposisi terbelakang. Seperti makhluk terlihat namun seakan akan merasa hilang.

* Mengurung Diri *
Untuk mengurung diri pada sebuah tempat. Untuk merenung lagi pada beberapa saat. Karena dalam sedetik,orang dapat membalik keadaan. Karena dalam sedetik,orang dapat merubah keputusan. <Hendri Mustofa>

* Hati Dari Kaca *
Aku adalah hati dan dibuat dari kaca. Dan dia adalah pemukul kasti dengan berbahan dasar baja. Sedang rasa adalah pelemparku sedemikian tepat menyasar menujunya. Yang mempelantingku cepat untuk selanjutnya keras dipukulnya. Kemudian aku dihentikan dinding setelah terpencar pencar menabraknya. Yang terbanting terpecah belah namun sanggup rangkai sendiri dirinya. Yang nekad kembali walau akan berulang ulang kejadiannya. Bahkan sehancur apapun hingga dia menyerah kesulitan menangkapnya. Sekalipun keadaan tinggal puing tapi aku tak akan terhenti. Aku yang tidak bisa mati karena aku ini adalah hati. <Hendri Mustofa>

*Energi*
★by: ☆hendri mustofa☆

sebab dari ketiadaan kan mampu menjadikannya
keberadaan, lalu darimanakah datangnya api? dan
api bisa bersembunyi dibalik ranting, dari ranting
merambat membakar kayu, dari kayu merangkak
kepada belantara, dari belantara berakhir
menghabisin semuanya. lalu bagaimana jika
kejadian listrik? Dan listrik pun bisa bersembunyi
dibalik magnet kecil, dari magnet kecil menuju
magnet sedang, dari magnet sedang menuju
kepada magnet besar, dari magnet besar
menjadikan voltase semakin juga besar, dan
bersinarlah sinar sinar dari listrik di ruangan gelap
tanpa sinar. dan itu belum lagi dari suatu ingin
menjadikannya ambisi, lalu dari ambisi
menjadikannya gelora api birahi, dimana api itulah
yang berlanjut membakar dirinya sendiri. dan itu
belum mengenai soal ketulusan, yang dari
ketulusan menjadikannya getar seperti listrik, dan
dari getar seperti listrik itu berubah menjadikannya
getaran cinta. dan ternyata di dalam tiap kecil
daripada materi itu tersembunyi sejumlah besar
energi, dan ternyata dari perbuatan kecil itu
sehingga mampu bikin sesuatu berada di tempat
yang tertinggi.★


*DOA*
★by: ☆hendri mustofa☆

Lapangkan malam agar sudi memaafkanku Ya
Allah, Ijinkan bumi sanggup terima air air mata ku,
Sanggupkan pula udara biar tak berat sejukkan ku,
Perintahlah egoisnya hati supaya terus tunduk
PadaMu, Perintahlah sombongnya darahku hingga
hanya Mengalir UntukMu, karena aku takut mereka
kapok memaafkan, karena aku takut mereka muak
menilai perbuatan, karena aku takut mereka
menaruh kebencian, sedang hanya Kaulah Yang
Maha Pengampun Ya Allah..!!
★1 November 2012★



*KARYA LAGU PUISI KITA*


DANDELION - S.A.Z

HARAPAN - S.A.Z

PUISI PUISI CINTA - S.A.Z


KOMENTAR DIBAWAH INI:


©2020 hendri mustofa